Saat ini asuransi masih belum dianggap perlu oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Ditemukan minimal tiga alasan mendasar atas keengganan orang untuk membeli asuransi.
Pertama, asuransi belum dilihat sebagai kebutuhan hidup yang mendesak. Fokus perhatian saat ini adalah untuk mencukupi kebutuhan dasarnya karena rata-rata tingkat pendapatan yang masih relatif rendah. Keadaan ini sesuai dengan teori Abraham Maslow yang menempatkan security needs (termasuk di dalamnya asuransi) berada pada tingkatan kedua setelah kebutuhan dasar.
Memang agak sulit mengharapkan orang membeli asuransi jika untuk makan-minum dan kebutuhan sehari-hari saja masih belum dapat tercukupi.
Kedua, keadaan ekstrem lainnya yaitu asuransi sudah dipandang tidak diperlukan lagi. Pasalnya, kelompok orang ini sudah memiliki uang dan aset produktif banyak sekali. Jumlah harta yang berlimpah dan aset-aset produktif yang menghasilkan uang tanpa harus bekerja itu dipandang telah menjadi proteksi. Jadi asuransi tidak diperlukan lagi untuk menutupi risiko yang mungkin timbul.
Ketiga, manfaat asuransi belum dipahami. Termasuk dalam kelompok ketiga ini orang-orang yang mengatakan membeli asuransi itu berarti meramalkan kematiannya atau mereka yang mengatakan "Hidup dan mati itu di tangan Tuhan. Mengapa harus dipikirkan?"
Kenyataannya, asuransi tidak mempersoalkan kematian. Masalah yang dicermati atau diantisipasi adalah persoalan setelah kematian tersebut dan dampaknya bagi orang-orang hidup yang terkait dengannya, seperti pasangan hidup, anak, dan keluarga.
Diatas adalah sekilas tentang beberapa mamfaat asuransi jiwa dan itu telah dirasakan oleh beberapa personil PWC. Salahsatu agreement kontrak kerja ke Kuwait dibawah bendera PWC perusahaan logistik Kuwait-Amerika, adalah life insurance.
Edi berusia 40 tahun dan berkebangsaan Cianjur Jawa Barat. Setahun yang lalu 2007, dia mendapatkan asuransi kecelakaan 14 ribu KD dikarenakan kakinya kegencet didalam mobil. Kecelakaan terjadi ketika edi membawa barang dari Kuwait ke Irak, dipertengahan jalan karena suatu sebab menyebabkan mobil yang dibawa dia terguling-guling dan dengan susah payah di selamatkan oleh orang-orang lokal selama 3 jam terperangkap didalam mobil tersebut dan kakinya cacat. Menjalani pengobatan operasi kakinya di Rumah Sakit Jahra. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk bekerja lagi, akhirnya edi pulang ke Indonesia. Kabar terakhir yang didapat, alhamdulillah edi bisa berjalan secara biasanya.
Berbeda dengan Almarhum Imam Santoso. Imam Santoso berusia 50 tahun berkebangsaan Aji Barang Jawa Tengah, 5 bulan yang lalu meninggal dunia. Dia mempunyai komplikasi penyakit diabetes dan keluhan lemah disebelah bagian badan. Seperti biasanya, di camp irak drivers sarapan pagi, saat itu pak Imam dituntun oeh salah seorang temannya untuk sarapan bersama. setelah itu, sebelum rutinitas kerja kembali ke kamar. Pak Imam ditinggalin sendiri oleh temannya ketika sekembali dari luar, teman-temannya mendapatkan Pak Imam sudah meninggal dunia. "Inna Lillahi Wainna 'ilaihi roojiun". Tidak sampai seminggu, mayat sudah kembali ke keluarga almarhum.
Seminggu yang lalu warga Ahmadi dikejutkan berita duka, dari sumber yang ada dan penulis masih mengumpulkan data-data sebenarnya, orang berkebangsaan Medan namanya pak Anton yang sudah bekerja di PWC 4 tahun telah meninggal dunia. "Inna Lillahi Wainna 'ilaihi Roojiun". Diusianya 50 tahun tersebut, almarhum meninggal dunia terperangkap di dalam mobil ber-AC tinggi dan tertutup hampa udara. Pasalnya ketika bekerja di Irak, dengan cuaca yang sangat panas berkisar 61 derajat celcius, pak anton menyalakan full-AC dan tidak membiarkan udara terbuka, ketika ditemukan dia sudah meninggal dunia. Dari sumber yang didapat mayat sudah sampai ke keluarganya dan mendapatkan asuransi jiwa 25 ribu KD.
Semoga amal ibadah almarhum pak Imam dan Pak Anton diterima oleh Alloh SWT dan keluarga yang ditinggalkannya tetap diberikan kesabaran.Amin Allohumma Amin.
Sunday, July 27, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Makasih jamuan rekan-rekan,,, sate ne wuenaak banget. Sering-sering aja acara gini he he he